Tulisan : Dengan Siapa

Obrolan dengan teman baik saya beberapa waktu yang lalu sangat berkesan. Karena kami adalah orang-orang yang tidak sepakat dengan konsep pacaran. Lalu kami berpikir kedepan, bagaimana kiranya kami akan merasa cocok dengan seseorang. Sebuah alasan yang seringkali digunakan oleh orang yang pacaran tentang mengenal (menjajaki dengan pacaran) pasangan terlebih dahulu biar gak salah pilih. Kami tidak sepakat dengan alasan itu dengan alasan yang tidak perlu kami utarakan di sini (nanti kepanjangan). Bagi kami, dengan keyakinan kami, ada satu hal yang kadang membuat kami cemas, kadang pula membuat kami senyum-senyum sendiri.
Kira-kira, dengan siapa kami akan bertemu? Dengan siapa kami akan dipasangkan.
Saya kira, setiap orang yang memilih pilihan untuk tidak pacaran pun memiliki rasa penasaran, rasa cemas, rasa bahagia, dan berbagai rasa lain yang terjadi dalam satu waktu. Entah itu tentang siapa dia, tentang bagaimana cara bertemu, tentang mengapa dia, tentang kapan itu terjadi, dll.
Dalam pembicaraan kami, setidaknya ada dua hal yang bagi kami itu cukup. Dengan siapa? Dengan salah satu dari dua hal ini, atau syukur-syukur dua hal ini menjadi satu sekaligus. Jika ditanya, kiranya kamu ingin menikah dengan siapa. Inilah dua hal yang (menurut kami) penting yang akan menjadi landasan kami.
Karena cinta dalam keyakinan kami baru benar-benar akan tumbuh jika sudah berada dalam ikatan, menjalani hidup bersama-sama setiap hari, mengenal karakter seseorang secara utuh dari bangun tidur hingga tidur lagi, bahkan saat tidur.
  • Pertama, saya akan menikah dengan orang yang saya “cintai” dan “mencintai” saya (agak drama, tapi ini serius)
Cinta dalam hal ini adalah rasa kecenderungan kepada seseorang. Dalam hidup ini, seringkali kita semua termasuk saya, tertarik kepada seseorang. Dalam fase itu, kadang kita bisa melihat bahwa seseorang itu suamiable/istriable. Tapi, apakah dia juga memiliki persepsi yang sama terhadap kita. Seseorang yang saling mencintai tentu akan sangat membahagiakan ketika menikah. Kita menyukai seseorang dan dia ternyata juga menyukai kita, bukankah sebuah hal yang indah. Di dalam keyakinan kami yang tidak berpacaran, alangkah bahagianya ketika kami menyukai seseorang  dan ternyata itu berbalas. Menyukai seorang yang soleh/solehah, dan ternyata dia juga menyukai  balik.
  • Kedua, saya akan menikah dengan orang yang membuat saya “tenang”.
 Jika yang dimaksud cinta itu tidak kunjung dirasakan. Jika dia menjadi semakin absurd dan membuat kita bingung. Maka, kami berpendapat, cukup dengan seseorang yang mampu membuatmu merasa tenang. Ketika datang seorang laki-laki kepada perempuan, lalu perempuan merasa tenang. Mungkin itu sudah cukup untuk menerimanya. Ketika laki-laki bertemu dengan seorang perempuan, dan kepada perempuan itu dia merasa tenang, itu juga mungkin sudah cukup. Cinta bisa ditumbuhkan setelah pernikahan. Merasa tenang itu penting bagi kami, kami tidak akan memilih menikah dengan orang yang membuat kami gelisah, bingung, marah, dsb. Jika diawal sudah seperti itu, bagaimana kedepannya.
Jika datang orang yang bisa membuat kita tenang, mungkin itu cukup untuk menjadi alasan menerimanya. Setiap orang mendambakan ketenangan, ketenangan itu jauh lebih mendamaikan daripada rasa nyaman. Ketenangan meliputi batin dan tubuh.  Bahkan hilang rasa khawatir, apakah dengannya ini kita akan tidak bahagia, miskin, dsb. Semua kekhawatiran itu tidak ada karena kita merasa begitu tenang dengan orang ini. Sekalipun tidak ada rasa cinta pada awalnya.
Dua hal ini, mana yang datang lebih dulu. Itu yang akan kami terima. Ditengah umur yang terus menerus bertambah, daripada bikin dosa kebanyakan. Ditengah kebingungan tentang menerka-nerka masa depan. Kami merumuskan hal ini untuk mencari tahu apa yang sebenarnya kami ingin tahu dan kami butuhkan.
Ternyata dua hal ini cukup. Bukan soal ketampanan atau kecantikan, bukan pula soal anak siapa dan berapa hartanya. Apalagi sekedar nama almamater dan profesi. Jika saat ini kita menyukai seseorang dan ternyata dia tidak. Ya cinta memang tidak bisa dipaksakan, karena hati itu bukan dalam kuasa manusia. Mungkin sudah waktunya bagi kita merenung, apakah dia yang benar-benar kita butuhkan. Jika kita membutuhkannya, apakah dia juga membutuhkan kita. Perasaan ini bahkan membuatmu tidak tenang bukan?
Selamat mencari, semoga bertemu. Tidak hanya bertemu, tapi juga disatukan.
Temanggung, 6 November 2013

dipenghujung tahun..,.diawal tahun dan bebarengan dengan kakak ku menikah pertanyaan tu semakin banyak bukan hanya dr kluarga tp dri dalam diriku jg,, yg aku lakukan aku hanya bertanya pada Allah lewat doa ku dan setiap renungan dan intropeksi dri,,  
Yang dikagumi terkadang tak mengerti, 
  yang dirindukan terkadang tak tahu, 
  yang dicintai terkadang tak merasa, 
  yang diinginkan terkadang tak menginginkan kita, 
  yang bersama terkadang tak sejalan, 
  yang tak disangka terkadang malah terjadi. 
  Namun yang pasti apa yang dikaruniakan Allah kepada kita 
  itulah yg terbaik. Berprasangka baik kepada Allah membuat hati 
  lebih tenang.
Fauzan Arif (via fauzan-arif)






aamiin
Amin,.,

"Jangan habiskan waktu memikirkan

 orang-orang yang tidak menaruh 

 namamu di hatinya."


  -Asma Nadia  

source; kuntawiaji

kuntawiaji:
Source: Path



Terkadang, Kawan,
Jarak antara minta nasehat dengan minta diomelin itu dekat sekali
Terkadang, Teman,
Nyari tempat curhat atau nyari tempat bertengkar juga tidak ada bedanya
Terkadang, Sahabat,
Jarak antara cari-cari perhatian dengan minta dimarahin juga beda tipis
Pun sama halnya
Diskusi dengan berdebat, kadang tiada bedanya
Minta tolong dengan maksa, sering serupa
Ngasih contoh dengan riya, mungkin entahlah
Bertanya dengan menguji, kadang sama saja
Sayang dengan posesif, mungkin tak ada beda
Dan lebih panjang lagi daftarnya
Aduhai, Kawan
Yang sungguh menarik di realita jagad raya ini
Ketika imut-imut dan menggemaskan menjadi trend,
Kalian harus tahu,
Jarak antara bermanja-manja dengan minta ditabok itu,
kadang hanya sebesar benang saja.
Demikian.
source;chelseavidia
aku juga merasa bersalah,., hanya aku kurang sabar atw aku tidak bisa menerima kau lebih memilih untuk tak menegorku dan menjaga hati mereka,.,
akan sama,. aku akan selalu meributkan hal itu,. dan akan sama kau akan punya banyak hal untuk menjelaskan alasannya,,

maaf telah mengganggu mu,.,teman ( yg hanya berbentuk kotak )
aku tak akan mengganggu mu dengan alasan apapun sekarang,.,
semoga sukses dengan bisnismu dan skripsi mu,.,

sekian.
“Tenang saja. Akan ada seseorang yang tidak akan kemana-mana sekalipun kamu dan dia terjebak dalam diam yang lama, sekaligus tetap tinggal mendengarkan dengan saksama, ketika kamu terlalu egois dan sibuk sendirian bercerita.”
source;chelseavidia
    “Kelamaan bagi orang tuamu kalau nungguin kamu sukses. Tapi kalau kamu belajar Al-Quran, pahalanya langsung mengalir ke mereka. InsyaAllah. Maka berjanjilah dalam hati bahwa kelak di akhirat kita akan memberikan mahkota cahaya untuk orang tua kita.”
— Ust. Yusuf Mansyur

  

 



 
                                               source ; anjardimara


who is you ?